Leave a comment

[ff] Your Way and My Way (Special to Kibum’s and Yesung’s Birthday)

250314 (67)_副本_副本

– Jangan protes karena ceritanya yang aneh, kekeke~ –

Sinopsis:

Dua tahun yang lalu, Kibum dan Yesung yang tergabung dalam sebuah duo bernama ‘Kisung’ memutuskan untuk bubar dan jalan sendiri-sendiri. Kibum menjadi seorang aktor sedangkan Yesung mengasingkan diri ke suatu tempat. Kibum yang ingin menghidupkan kembali ‘Kisung’ mengunjungi Yesung untuk membujuknya kembali. Namun Yesung sudah mantap dengan pilihannya. Bagi Kibum, Yesung adalah pelitanya, tanpa Yesung, Kibum takut tersesat.

………………………………………………………………..

Sebuah sedan mahal berhenti tepat di pekarangan rumah Kim Jongwoon, seorang penulis artikel lepas di Ilsan. Hal ini jelas mengundang kehebohan dari semua tetangga-tetangga pria yang tak juga tampak tua meskipun usianya sudah menginjak angka 30an. Bisik-bisik tidak bisa terelakkan dari setiap sudut perkampungan. Sementara pemilik pekarangan masih belum tampak diantara kermunan orang ini.

Layaknya drama-drama tv kebanyakan, begitu pintu mobil terbuka, hal pertama yang menjadi pemandangan orang-orang adalah sepatu mengkilap, kemudian naik, menampakkan stelan jas mahal khas para pekerja kantoran di ibukota. Naik lagi, terlihat tatanan rambut yang begitu klimis.

“Aku sangat menyayangkan wajah orang itu”.

“Iya, tidak berimbang dengan pakaian yang ia gunakan”.

Celetukan para bibi di tempat itu, mau tak mau membuat si objek kehebohan tertegun malu. Terdengar kikikan kecil dari seseorang lain di dalam mobil. Pria necis yang menjadi bahan celetukkan para bibi menoleh ke dalam mobil, dan menundukan kepala sebentar. Tak lama, satu sosok tubuh ikut keluar dari mobil. Kontras dengan pria sebelumnya, pria kali ini terlihat lebih kasual dengan stelan yang lebih modis, meskipun bisa dipastikan harga pakaiannya tidak bisa dianggap remeh.

Pemuda itu tersenyum pada pria necis tadi lalu menepuk pundaknya pelan. “Aku sudah bilang, sebaiknya jangan berlebihan. Hyung tidak mau dengar”. Pria necis it meringis merasakan kebodohannya salah memilih kostum kali ini.

“Permisi semuanya, aku sedang mencari seseorang, berdasarkan informasi, orang itu tinggal disini. kalau boleh tahu, siapa pemilik rumah ini?”. tanya pria yang lebih modis terarah pada warga yang mengitari tempat itu.

“Kau mencari tuan penulis?”. Tanya salah seorang bibi.

“Tuan penulis?”.

“Iya, orang yang tinggal di rumah ini tuan penulis. Tunggu sebentar, biar aku panggilkan”. Tanpa menunggu jawaban pria itu, si bibi langsung menuju lebih dekat kearah pintu, menggedor-gedor pintu rumah itu.

“Tuan Penulis, ada yang mencarimu. Tuan penulis”. Tidak ada jawaban sama sekali ketika bibi itu memanggil si pemilik rumah.

“Sepertinya dia sedang pergi”. Si bibi kembali menghampiri si pria modis tadi.

“Apa sulit untuk bertemu dengannya?”.

“Ania, sebelum gelap dia pasti sudah ada di rumah, kalian bisa menunggu di rumahku, dua rumah dari sini”. Tawar wanita paruh baya itu.

“Tuan penulis datang”. Belum sempat pria modis itu menjawab, seorang pria 40 tahunan berteriak memberitahu kedatangan pria penulis yang mereka maksud. Sontak pandangan semua orang beralih pada pria yang berjalan dalam jarak yang masih cukup jauh.

Dari apa yang dilihat oleh si pria modis, sosok berbalut jaket tebal berwarna hitam dengan ransel di punggungnya itu memang orang yang ia cari. Meski belum cukup dekat, pria modis sudah tidak sabar menyapa si pria penulis itu.

“Jongwoon hyung…”

Si pria penulis menghentikan langkahnya begitu indra pendengarannya menagkap sebuah nama yang sangat ia kenal, namanya sendiri yang sudah hampir dua tahun jarang ia dengar di tempat ini.

Ditiliknya siapa orang yang baru saja memanggilnya. Pria berpakaian casual berdiri disamping pria necis, tak jauh dari mereka ada sebuah mobil terpakir. Pria itu, Jongwoon, tidak bisa memastikan siapa orang itu, tapi jika firasatnya tak salah, pria modis itu adalah…

“Kibumie?”.

7 huruf itu terdengar begitu lirih dan mustahil bisa sampai ke telinga namja yang jauh di hadapannya itu. Namun, namja yang memang terlihat lebih muda dari Jongwoon itu tampak berlari kearah Jongwoon dan membawanya dalam sebuah pelukan hangat yang erat.

“Kau Kibum?”.

“Guraeyo, hyung pikir siapa lagi?”.

Seperti saudara kandung yang terpisah selama bertahun-tahun, Kibum memeluk sang hyung sangat posessive.

“Jadi benar tuan penulis ini yang kau cari?”. Wanita paruh baya tadi juga mendekati Kibum dan Jongwoon.

“Nde ahjumma, dia Kim Jongwoon yang ku maksud, dia Yesung hyungku”.

“Ah, syukurlah”. Akhirnya Kibum melepaskan pelukannya dari Yesung. Yesung masih dalam proses loading, memikirkan apa yang membuat mantan partnernya itu berdiri di lingkungan tempat tinggalnya saat ini.

“Pria ini membuat heboh seluruh penjuru desa, kami pikir ada hallyu yang tersasar ke tempat ini. ternyata benar, aku baru ingat, kau aktor Kim Kibum itu kan?”.

Kibum hanya tersenyum malu, pada akhirnya orang-orang disana mengenalinya sebagai seorang aktor.

“Dia adikku, maaf sudah mengganggu kalian semua”. Yesung membungkukkan tubuhnya meminta maaf.

Satu persatu para warga yang berkerumun meninggalkan tempat itu dan kembali ke kediaman mereka masing-masing.

“Kalau begitu, aku juga akan kembali ke rumahku”. Wanita paruh baya itu berbalik. Namun baru beberapa langkah, ia kembali melihat Yesung dan Kibum.

“Tuan penulis…

“Ne?”.

“Apa kau juga selebriti?”.

“Eoh?”.

“Setelah ku ingat-ingat, rasanya memang seperti aku pernah melihatmu sebelumnya”.

“Ahaha, itu hanya perasaan bibi saja, banyak memang yang bilang wajahku ini seperti aktor Lee Jun Ki”.

Wanita paruh baya itu hanya menggeleng, meragukan ingatannya.

.

.

.

“Aku terkejut mereka memanggilmu Tuan Penulis”.

Saat ini Kibum dan Yesung tengah menikmati seduhan teh hijau di halaman belakang rumah Yesung. Sementara Manager Kibum asik meneliti rumah bergaya Joseon itu. Rumah itu memang begitu menenangkan dengan tiupan angin sepoi-sepoi yang membawa segala kepenatan melayang menjauh dari pikiran setiap orang.

“Begitu memutuskan meninggalkan Seoul, aku benar-benar ingin terlepas dari aktifitasku sebagai idola”.

“Memang artikel seperti apa yang kau tulis?”.

“Artikel yang mengkritik pemerintahan”.

“Kau gila”.

“Dimana salahnya, aku hanya ingin memihak pada rakyat di kalangan bawah”.

“Kau menggali kuburanmu sendiri. Hyung, kita ini hallyu, biarkan pemerintah menjalankan peran mereka masing-masing. Kau tidak perlu repot-repot menyimak kebenaran dan kesalahan yang mereka lakukan dalam teknisnya”.

“Kim Kibum, 2 tahun yang lalu aku memang hallyu, tapi sekarang itu sudah menjadi kenangan. Dengan cara seperti ini, aku merasakan apa yang mereka rasakan, orang-orang yang terabaikan ini, aku bisa merasakan hati mereka. Bumie, tidak seharusnya menutup mata dan telinga atas luka dan derita yang mereka rasakan itu menjadi sebuah solusi. Dulu kita menjadi panutan, tidakkah itu menjadi alasan kuat yang membuat kita harus melindungi mereka?”.

Kibum tersenyum.

“Hyung, meski kau hallyu terbesar di seluruh Korea Selatan, dibandingkan dengan pemerintah, kau hanya butiran debu, apalagi kini kau mengambil jalan sebagai penulis artikel lepas?”.

“Jangan remehkan kekuatan seorang penulis artikel lepas Bumie. Kau pernah mendengar berita tentang seorang Hakim yang melepas jabatannya karena artikel lepas dari seorang wartawan swasta?”.

Kibum menghela napasnya, diteguknya teh yang masih mengepulkan asapnya sedikit. Sungguh ia tidak bisa memahami jalan pikiran hyung yang pernah menjadi partner duonya dulu, sebelum mereka bubar, Kibum menjadi aktor dan Yesung menjadi penulis.

“Tapi ngomong-ngomong, aku terkejut melihat kau bisa sampai ketempat terpencil seperti ini”.

“Kau tidak pernah lepas kontak dengan Kyuhyun kan? Aku menanyakan keberadaanmu pada anak itu”.

“Bocah evil itu, sudah kubilang jangan beritahu siapapun”.

“Kau menyesal bertemu denganku?”.

“Sangat menyesal”.

Kibum terpaku, terlalu jujurkah jawaban Yesung.

“Aku menyesal kenapa baru sekarang Kyuhyun memberitahukan keberadaanku pada dongsaeng yang sangat aku sayang dan rindukan ini”.

“Hyuuuung…”

Kibum tak habis pikir Yesung bisa membuat lelucon murahan seperti itu, bahkan Manager Kibum ikut tersenyum meski dalam jarak yang cukup jauh dari mereka .

“Tapi, apa sebenarnya hal yang membuatmu mencariku?”.

“Aku merindukanmu, apa itu tidak bisa menjadi alasan?”.

“Ya! Kim Kibum, aku menjalani kehidupan denganmu bukan setahun dua tahun, tapi 8 tahun. Kau pikir namja dingin dan minim ekspresi sepertimu akan datang mengunjungi seseorang yang sudah menghilang 2 tahun tanpa maksud tujuan?”.

“Kau berucap seolah-olah aku hanya akan mencarimu saat ada masalah”.

“Memangnya tidak? Kalau bukan masalah untukmu pasti masalah untukku”.

“Yaish, kau ini hyung”. Kibum menggeram.

“Jadi?”.

“Aku ingin mengajak hyung kembali membentuk duo Kisung”.

Yesung tersenyum mendengar ucapan Kibum.

“Kenapa hyung tersenyum?”.

“Dari awal kau menanyakan kenapa aku dipanggil tuan penulis oleh mereka, harusnya kau sudah bisa menebak kalau aku tidak akan kembali kedunia penuh hiruk pikuk dan kilatan cahaya kamera. Aku nyaman disini Bumi-yah”.

“Hyung, kau bintang, suaramu adalah emas, seluruh dunia tahu itu. Apa kau akan memendam semua itu menjadi sebuah masa lalu yang tak ada gunanya?”.

“Bagian mana yang tidak ada gunanya? Sisi Yesung Kim yang ada dalam diriku, akan menjadi inspirasi untuk diriku sendiri, bagaimana aku menghadapi kesulitan hidup dari seorang Kim Jongwoon menjadi Yesung Kim, tidak ada yang tidak berguna Bum”.

“Kau mematikan bakatmu?”.

“Ani, prinsipku masih sama, musik adalah hidupku. Hanya saja kini, mungkin aku akan berperan dibalik layar”.

“Hyung…”

“Semua yang berawal pasti akan berakhir”.

Kibum terenyuh dengan kata-kata Yesung.

Manager yang tadi sempat menghilang di sela pembicaraan mereka, tiba-tiba menghampiri mereka.

“Yesungie, apa kau punya galah? Aku ingin mengambil buah di ujung sana”.

“Bersiaplah hyung, kita akan segera kembali ke Seoul”.

Manager Kibum terlihat kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bossnya itu. Sementara Yesung hanya tersenyum simpul.

“Tap-Tapi…”

“Senang melihat kau baik-baik saja hyung”. Kibum menatap kembali hyungnya itu. Nada bicaranya kembali dingin. Seperti dulu.

Yesung kembali tersenyum, kemudian memeluk Kibum.

“Meski kita ada di jalan yang berbeda, kau tahu aku selalu mendukungmu kan?”.

Kibum menangis di dalam hatinya.

“Aku terlalu bodoh untuk berpikir hyung mau kembali bersamaku”.

“Lain kali aku yang akan mengunjungimu dan juga Kyuhyun, sampaikan salamku pada anak itu. Setelah dia lulus dari sekolah musiknya, ajaklah dia membentuk KK”.

Kibum mendengus.

“Aku tidak ingin bekerjasama dengannya, dia pasti akan menjahiliku sepanjang waktu”.

Yesung kembali tersenyum.

Kibum dan Managernya beranjak meninggalkan rumah Yesung. Sang Penulis itu masih berdiam pada posisinya tadi, duduk di halaman belakang, menyesap segarnya aroma teh hijau yang ia seduh. Sementara Kibum sudah sampai di halaman depan, hendak masuk ke mobilnya. Sebelum masuk ke mobil, Kibum sekali lagi memandangi rumah bergaya Joseon milik Yesung. Ada kekecewaan sekaligus rasa bangga yang ia sematkan di setiap sudut bangunan itu. Ia kecewa Yesung menolaknya, tapi ia bangga Yesung kokoh dengan pendiriannya.

“Kau gagal? Kau yakin akan pulang? Kau bilang tidak akan pulang tanpa Yesung?”.

“Sahabatku itu, memilih jalannya sendiri”.

“Itu berarti kau menyerah?”.

“Aku menghormati keputusannya hyung. Aku belajar banyak dari dirinya. Baik dulu maupun sekarang, dia selalu luar biasa”.

“Kau gila? Apa itu artinya kau akan kembali mengubur Kisung? Kau akan menyerah juga?”.

“Siapa yang menyerah? Aku aktor Kim Kibum, ayo, aku sudah ditunggu untuk syuting”. Sikap Kibum sudah kembali. Sikap narsisnya sudah kembali.

Segera ia dan Managernya masuk ke mobil dan meninggalkan tempat itu.

‘Andai aku bisa seberani dirimu, aku hanya takut sendirian, aku benci menjadi aktor karena aku harus sendirian dan kesepian. Hyung, kau pelitaku, tanpamu aku takut tersesat. Tapi jika kau menolakku untuk bersamamu, bukankah aku tidak boleh terlihat rapuh? Jika kau kuat mempertahankan tekatmu menempuh jalanmu sendiri, aku juga harus bisa. Suatu hari kita pasti akan berdiri bersama lagikan? Aku menunggu kedatanganmu di Seoul, sahabatku’

.

.

.

.

.

.

FINISH

Aku suka mengkhayalkan, jalan mana yang akan 13 Namja kece (read: SUPER JUNIOR) itu pilih setelah mereka tak mungkin lagi berjalan beriringan. Meskipun menolak sekuat tenaga, tapi seperti yang Yesung bilang, ‘semua yang berawal, pasti akan berakhir’. Pengecut jika beranggapan sesuatu akan ada untuk selamanya. Karena yang kekal itu hanya 1, Pencipta Alam Semesta. ALLAH SWT.

#HappyBirthdayKimJongwoon

#HappyBirthdayKimKibum

#HapyYesungDay

#HappyKibumDay

karena ulang tahun mereka deketan, jadi aku jilid jadi satu cerita mereka. hehehe^^

Saengil Cukkhahamnida. ❤

Cepat kembali ke SUJU ya, saranghanda.^^

Leave a comment